Mensyukuri Nikmat Allah ta’ala dengan Mengingat Kematian

06.46 / Diposting oleh Adin / komentar (0)

Mensyukuri Nikmat Allah ta’ala dengan Mengingat Kematian

Oleh : Abu Salma bin Rosyid

Malam jum’at tanggal 18 April 2008 pelajaran kami memasuki kitabul Janaiz (kitab Jenazah), Ustadz Sanin Hasanudin memulai membaca hadits pertama dari bab tersebut pada kitab Bulughul Marram.

عن ابي هريرة رضي الله عنه قال قال رسول الله صل الله عليه وسلم : اكثروا ذكر هاذم اللذات : الموت. رواه الترمذي والنسائى وصححه ابن حبان

Dari Abu Huroiroh Semoga Allah ta’ala meridhoinya, dia berkata : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda : Perbanyaklah engkau menyebut pelebur kelezatan yaitu mati. (HR. Tirmidzi dan Nasai dan di shahihkan oleh Ibnu Hibban)

Saya memohon kepada Allah ta’ala penjelasan Ustadz senantiasa bermakna di dalam jiwa ini, saya berharap Allah ta’ala mudahkan kepada hambanya ini mengingat dan mengamalkan penjelasan dan faedah-faedah hadits ini.

Berikut ini beberapa pelajaran yang mampu kami tulis kembali, semoga bermanfaat bagi kita sekalian, sehingga kita termasuk orang-orang yang dimudahkan oleh Allah ta’ala mempersiapkan bekal pada kehidupan yang selamanya.

Kaum Muslimin semoga Allah ta’ala merahmati kita sekalian.

al Maut itu tidak fana (lenyap), Al maut, kematian itu intiqolu ruh min ‘alamin ila ‘alamin akhor. maut itu proses perpindahan ruh dari satu alam ke alam yang lain, maut itu perpindahan ruh, berpisahnya ruh dari badan kita. Itulah yang namanya maut.

Allah ta’ala berfirman dalam surat Azzumar 42,

اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا

Allah yang mematikan jiwa ketika matinya.

Berdasarkan ayat-ayat al-Qur’an dan riwayat-riwayat bahwa ruh itu tetap ada hidup selamanya, maka kita yang telah ditakdirkan oleh Allah ta’ala menjadi hidup sebagai manusia akan tetap terus hidup menjadi manusia, kita tidak bisa berubah menjadi batu. Kehidupan kita ini akan berlanjut dan akan diminta pertanggung jawabannya oleh Allah ta’ala. Oleh karena itu bersiap-siaplah menghadapi kematian dan kehidupan yang abadi di akhirat.

Sungguh barang siapa yang dimatikan dalam keadaan tidak mentaati Allah ta’ala bahkan sebaliknya bermaksiat kepada-Nya dan ditakdirkan celaka maka akan selalu celaka untuk selama-lamanya.

Kita sudah tidak bisa menghindar dari menjadi manusia. Kita akan dimintai pertanggung jawaban. Kita akan dituntut dengan amalan-amalan kita. Oleh karena itu penulis kitab Bulughul Marram yaitu Ibnu Hajar mengawali kitab janaiz ini dengan hadits ini untuk mengingatkan kaum muslimin dari kematian.

Diantara faedah hadits yang dijelaskan oleh Ustadz adalah :

1.

Al Maut itu merupakan pemutus kelezatan kehidupan dunia dari manusia, dengan maut itu manusia akan berpindah dari kehidupan dunia ke akhirat, kalau dia termasuk hamba yang sholih, kelezatan dunia itu akan diganti oleh Allah ta’ala dengan kelezatan akhirat yang jauh lebih nikmat. Akan tetapi jika dia adalah orang yang jelek kelezatan dunia itu akan diganti dengan kesengsaraan akhirat yang sangat pedih yang kepediahannya itu tidak dapat dibayangkan oleh manusia yang hidup di dunia ini (semoga Allah ta’ala melindungi kita dari yang demikian).

Sungguh apabila sejelek-jelak manusia yang ada di dunia ini mati, dimasukkan di akhirat dan di adzab maka dia akan merasakan penderitaan yang ia rasakan di dunia itu sebagai surga, karena apa ? karena besar dan pedihnya kesengsaraan di akhirat. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam memerintahkan kita dengan banyak-banyak mengingat kematian. Agar kita mempersiapkan bekal untuk perjalanan yang sangat panjang. Agar kelezatan dunia itu tidak berganti dengan kesengsaraan di akhirat namun kelezatan di dunia ini akan diganti oleh Allah ta’ala dengan kelezatan di akhirat yang abadi.

1.

Mengingat kematian itu merupakan penasehat terbesar bagi manusia, maka marilah kita menjadikan mati sebagai penasehat terbaik bagi kita. Dia, kematian adalah sebesar-besar pengingat manusia dari panjangnya angan-angan dan tertipu dari kehidupan dunia. Marilah kita senantiasa mengingat bahwa kita itu pasti akan mati. Sudahkah kita siap untuk mati ? Punya bekal berapa kita ? Jika di sini di dunia ini, kita akan pergi selama dua hari saja, mungkin kita akan mempersiapkan bekal selama satu bulan. Terus bagaimana dengan kita yang akan pergi untuk selama-lamanya, apa dan berapakah bekal kita ?.

Namun, kita harus bersyukur kepada Allah ta’ala yang Maha Penyayang, Allah ta’ala memberi kita waktu yang sangat singkat di dunia ini namun waktu yang sangat singkat itu dapat digunakan untuk mencari dan mempersiapkan bekal bagi kehidupan kita yang selama-lamanya di akhirat. Sayang seribu sayang diantara manusia banyak yang lalai tidak sadar bahwa nanti akan hidup abadi, akan hidup hakiki selama-lamanya. Di antara manusia, mereka ada yang memilih kehidupan dunia yang singkat.

Oleh karena itu dengan mengingat mati, manusia diingatkan agar tidak lalai terhadap kehidupan yang abadi nanti. Dengan mengingat kematian, akan muncul pada jiwa manusia kesadaran untuk melakukan ketaatan. Dengan mengingat kematian, manusia akan senantiasa sadar ingat mempersiapkan bekal bagi kehidupan yang sangat panjang dan abadi. Oleh karena itulah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam menganjurkan kita untuk banyak-banyak mengingat mati.

Kaum Muslimin, kenapa ? kenapa kita tidak dapat sabar sejenak untuk menyambut kehidupan yang abadi, sabar dengan taat kepada Allah ta’ala. Kenapa, kenapa kita tidak dapat sabar untuk menghadapi kehidupan yang panjang. Kenapa dalam kehidupan yang pendek (di dunia) ini angan-angan kita terlalu panjang.

Karena itu orang yang cerdas menurut ibnu mas’ud adalah orang yang paling banyak mengingat mati dan orang yang paling bagus menyiapkan bekal untuk menghadapi kematian.

Sedangkan orang yang bodoh itu adalah orang yang lalai terhadap kematian dan tidak menyiapkan untuk kehidupan akhirat, orang bodoh itu mereka adalah ahlu dunia, mereka sangat bodoh, orang yang melalaikan kehidupan yang sangat panjang dan kenikmatan yang tiada taranya, memilih dan mengutamakan kenikmatan dunia yang sangat pendek dan bercampur dengan segala kesusahan. Itu semua merupakan tipuan dan godaan syaithon, maka bersabarlah dan terus berupaya mempersiapkan kematian yang akan dilalui selama-lamanya dengan meninggalkan kemaksiatan dan melakukan kethaatan kepada Allah ta’ala.

Demikian pembaca yang budiman sebagian pelajaran yang dapat saya ambil dan saya tuliskan dari penjelasan Ustadz Sanin terhadap hadit Abu Huroriroh pada kitab Janaiz di Bulughul Maram, Semoga Allah ta’ala mematikan kita di atas Islam dan sunnah, semoga Allah ta’ala mematikan kita di atas Islam dan sunnah, semoga Allah ta’ala mematikan kita di atas Islam dan sunnah, amin,amin, amain ya Rabbal ‘alamin.

http://abasalma.wordpress.com/2008/04/29/mensyukuri-nikmat-allah-taala-dengan-mengingat-kematian/